http://nherdiyanto.files.wordpress.com/2011/01/peninggalan-kediri-4-285.jpg

Kediri - Kerajaan Kediri pernah mencapai kejayaan pada tahun 1135 - 1159 Masehi silam. Ribuan tahun berselang kebesaran tersebut masih dapat ditemukan dari sejumlah peninggalannya, setelah sebelumnya seluruh aset diyakini tenggelam akibat terkubur oleh material vulkanik yang dimuntahkan sejumlah gunung berapi di sekitarnya.

Lazimnya sejumlah peninggalan bersejarah, terutama dari zaman pra sejarah, tak sedikit diantaranya yang memiliki kandungan cerita mistis.

Dalam catatan sejarah Kerajaan Kediri adalah penyatuan dari 2 kerajaan berbeda yang
sebenarnya terikat dalam persaudaraan, yaitu Panjalu dan Jenggala. Penyatunya adalah
Raja Jayabaya, yang selanjutnya juga dicatat sebagai raja paling sukses dalam capaian kebesaran tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun detiksurabaya.com menyebutkan, nama Kediri sendiri
pertama kali diketahui berdasarkan Prasasti Harinjing B yang ditafsir ditulis pada tahun 842 S atau 921 Masehi. Isi prasasti yang menuliskan Kediri adalah sisi verso (sisi belakang) baris ke enam belas, yaitu I Sri Maharaja Mijil Angken Cetra Ka 3, I Sang Pamgat Asing Juru I Kadiri Ri Wilang.

"Itu bahasa Sansekerta yang kalau diartikan kurang lebihnya adalah Sri Maharaja setiap bulan Cetra tanggal 3, dan kepada sang pamgat (penjamu orang) asing di Kadiri Desa Wilang," ungkap dosen ilmu sejarah Universitas Nusantara PGRI Kota Kediri, Zainal Afandi, saat berbincang dengan detiksurabaya.com, Senin (24/1/2011).

Sementara sejumlah peninggalan yang menandakan kebesaran Kerajaan Kediri, dapat dijumpai diantaranya dari bangunan Pamuksan Sri Aji Jayabaya yang dibangun di Desa
Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Bangunan itu didirikan oleh Yayasan Hondodento, Yogyakarta, sebagai bentuk penghargaan atas kebesaran Jayabaya. Proses
pembangunannya sendiri berakhir pada tahun 1983 silam.

"Bisa juga itu dikatakan peninggalan, meski sebenarnya adalah bangunan baru. Konon
disana adalah pamuksan, atau tempat dimana Raja Jayabaya diyakini terakhir kali ditemui ada di dunia," sambung Zainal.

Bangunan Pemuksan Sri Aji Jayabaya sendiri banyak diyakini memiliki sisi mistis, dimana dipercaya sebagai tempat yang mujarab untuk pemanjatan permohonan. Secara fisik bangunannya berpusat pada Loka Muksa yang terdiri dari lingga dan yoni berbentuk menyatu dengan sebuah manik (batu bulat berlubang di bagian tengah yang menyerupai mata). Secara keseluruhan, bangunan ini dikelilingi pagar beton bertulang yang dilengkapi tiga buah pintu. Konon, tiga pintu ini merepresentasi tingkat kehidupan kita yang meliputi lahir, dewasa, dan mati.

Di kompleks yang sama juga didirikan bangunan Loka Busana dan Loka Tahta, yang dianggap menggambarkan tempat penyimpanan busana Sri Aji Jayabaya sebelum muksa, serta tempat penyemayaman tahta kekuasaan.

"Disini kalau Kamis malam Jumat Legi dan Selasa Kliwon, pasti ramai. Kalau mau
membuktikan monggo datang kesini," ujar juru kunci pamuksan, Mbah Suratin.

Suratin lantas mengungkapkan, tingkat kemujaraban Pamuksan Sri Aji Jayabaya sebagai
tempat pemanjatan permohonan tak hanya dipercaya masyarakat awam, melainkan sejumlah pejabat di Indonesia. Sejumlah nama besar diakuinya rutin datang ke lokasi tersebut, diantaranya Wakil Ketua KPK Bibid Samad Rianto, mantan Panglima ABRI Wiranto, mantan Pangkostrad yang saat ini menjabat Ketua HKTI Prabowo, mantan Ketua MPR RI Harmoko, mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung dan nama-nama lainnya.

"Disini tidak hanya pejabat, artis juga ada. Saya sendiri kalau diminta menyebut satu persatu sudah nggak hafal lagi, karena kalau artis biasanya juga yang datang orang utusan," lanjut Mbah Suratin.

Terkait proses pendirian Pamuksa Sri Aji Jaya, Mbah Suratin menjelaskan, diawali dari lelaku rogoh sukmo oleh Bopo Pleret, seorang ahli nujum dari Yayasan Hondodento yang akhirnya meyakini di Desa Menang adalah lokasi dimana  Raja Jayabaya terakhir kali berada di dunia.

"Mungkin kalau dinalar tidak bisa. Tapi disinilah saya juga yakin memang disini tempat dimana Sri Aji Jayabaya muksa," pungkasnya.


Menapak Jejak Kerajaan Kediri (2)
Sendang Kamandanu, Airnya Diyakini Penyembuh Segala Penyakit


Kediri - Lazimnya bangunan kerajaan, Kediri juga dilengkapi dengan patirtan yang dalam masanya juga difungsikan sebagai kaputren atau tempat bermain putri-putri raja. Salah satu peninggalan Kerajaan Kediri ini diyakini airnya bisa menyembuhkan segala macam penyakit.

Salah satu peninggalan berupa patirtan dari Kerajaan Kediri dapat  dijumpai di Sendang Kamandanu, yang juga berlokasi di Desa Menang, Kecamatan Pagu, tepatnya sekitar 200 meter sebelah utara Pamuksan Sri Aji Jayabaya. Tidak diketahui secara persis tahun penemuannya, namun saat ini sudah dibangun sebagai salah satu objek wisata, dimana prosesnya juga selesai pada tahun 1983 silam.

Supoyo, juru kunci Sendang Kamandanu mengatakan, lokasi yang dijaganya konon adalah patirtan yang menjadi lokasi bermain putri Sri Aji Jayabaya. Untuk saat ini airnya
banyak digunakan sebagai sarana bersuci, bagi siapa saja yang akan berziarah ke
Pamuksan Sri Aji Jayabaya.

"Ini satu paket. Biasanya yang akan ke Pamuksan ya kesini dulu, baik mandi atau sekedar cuci kaki dan tangan," ungkap Supoyo kepada, detiksurabaya.com, Kamis (27/1/2011).

Karena dianggap satu paket dengan Pamuksan Sri Aji Jayabaya, Sendang Kamandanu juga tercatat pernah dikunjungi orang-orang penting di negeri ini. Bahkan kedatangan tersebut terkadang tak hanya mandi, tetapi juga untuk mengambil air di dalamnya untuk dibawa pulang dengan tujuan tertentu.

"Kalau airnya sama saja dengan air biasa. Tapi yang namanya mempercayai kan boleh saja, dan memang kalau meyakini biasanya akan mujarab," sambung Supoyo.

Diluar faktor mistis di Sendang Kamandanu yang menjadikan airnya diyakini mengandung manfaat, Supoyo mengungkapkan, di sekeliling bangunan tersebut berdiri sejumlah tanaman yang bisa menjadi sumber pengobatan. Diantaranya pohon akar pule, adhem ati dan mengkudu.

"Nah dari sini kan airnya memang bisa dikatakan berkhasiat sebagai obat. Disini akar-akarnya pohon itu secara langsung bersentuhan dengan sumber air," tambahnya jelas.

Supoyo, lelaki bertumbuh tambun dengan jenggot yang dibiarkan memanjang tersebut juga mengatakan, kompleks Pamuksan Sri Aji Jaya dan Sendang Kamandanu yang berlokasi di Desa Menang diyakini memiliki daya magis yang kuat karena singkatan namanya. Jayabaya konon dapat diartikan, Yen Pengen Joyo Ing Pamenang, Yen Pengen Ngilangi Beboyo Ing Pamenang. (Jika ingin jaya ya dimulai di Pamenang, dan jika ingin menghilangkan mara bahaya juga dapat mendatangi Pamenang).

"Makanya orang-orang penting itu datang kesini, karena memang disinilai punjer (pusatnya). Pak Bibit (Samad Rianto) saja kalau pulang ke Kediri, hampir pasti datang kesini," tegas Supoyo.


Ket Foto: Sendang Kamandanu yang berlokasi sekitar 200 meter sebelah utara Pamuksan Sri Aji Joyoboyo.


Menapak Jejak Kerajaan Kediri (3)
Jongko Joyoboyo, Peninggalan Tak Berwujud yang Terasa Nyata

Related Post :